Beri Umur Panjang pada Pakaian Melalui Konsep Circular Fashion

Industri fashion yang terus berputar mempengaruhi konsumen untuk membeli produk-produk terbaru agar terlihat mengikuti tren alias tidak ketinggalan zaman. Padahal, fashion yang kita pakai bukan hanya sekadar memakai pakaian keluaran terkini, tetapi sesuatu yang ita bawa dari dalam diri kita. Hal inilah yang dikatakan oleh Yves Saint Laurent, legenda fashion dunia: fashion fades, style is eternal.

Mungkin sebagian dari kamu sudah menyadari bahwa limbah tekstil telah memainkan peran utama dalam peningkatan masalah lingkungan. Dan bukan jadi rahasia lagi jika limbah tekstik banyak tertimbun di pembuangan. Tidak lain hal ini dikarenakan material pakaian yang sulit terurai.

Kondisi ini sangat patut diwaspadai semua orang, terutama mereka yang gemar mengonsumsi barang fashion karena dapat membahayakan ekosistem.

Dengan adanya permasalahan ini, muncullah sebuah konsep yang dikenal dengan circular fashion. Apa sih itu circular fashion?

Circular fashion

Circular fashion adalah sebuah konsep di mana setiap produk fashion dirancang, diambil bahan bakunya, diproduksi, dan disediakan dengan memerhatikan kualitas dan ketahanan sehingga dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama dan dapat terurai sempurna jika sudah tidak layak pakai. Melalui konsep ini pula, maka dapat membuat kita secara tidak sadar berkontribusi dalam mengurangi sampah dan limbah tekstil.

Proses circular fashion ini di mulai dari desain yang tak lekang oleh waktu, sehingga tetap relevan jika dipakai dalam periode waktu kapan pun. Lalu, pemilihan material yang berkelanjutan, diikuti dengan proses pembuatan yang ramah lingkungan dan etis. Alhasil, jika pakaian sudah usang, maka dapat didesain ulang untuk disewa, ditukar, ataupun dijual kembali.

Secara sederhananya, circular fashion didefinisikan sebagai produk mode yang dirancang, bersumber, diproduksi, dan dilengkapi dengan tujuan memperpanjang manfaat dari sebuah rantai produksi dan konsumsi sehingga bisa menggunakan sumber daya dengan lebih efisien (resource efficiency).

Menariknya, prinsip Yves Saint Laurent: fashion fades, style is eternal, dapat dikatakan sejalan dengan konsep circular fashion yang memang mendorong masyarakat untuk lebih berkesadaran dalam mengonsumsi produk-produk fashion.

Lebih jauh lagi, circular fashion juga memastikan daya guna sebuah garmen tetap berputar, mulai dari rancangan pakaian, berapa lama daya pakaiannya, pemilihan bahan pakaian yang berkelanjutan, sampai proses produksi yang mendukung kesejahteraan pekerja. Dapat dikatakan, penerapan ini mampu meminimalkan limbah dan polusi dari industri tekstil.

Circular fashion dapat dilakukan dari pihak suatu brand itu sendiri maupun konsumen. Terdapat hal yang mesti diperhatikan brand dalam menciptakan produk, yaitu desain pakaian yang tidak hanya mengandalkan tren semata, tetapi desain yang timeless alias tak lekang oleh waktu. Selanjutnya, material yang digunakan pun harus tahan lama meskipun dipakai berulang kali, serta biodegradable. Pembuatannya pun harus ramah lingkungan dan etis bagi para pekerjanya. Yang terakhir adalah bagaimana pakaian tersebut dapat diperbaiki atau didesain kembali.

Lalu, untuk penerapan circular fashion oleh konsumen adalah dengan memakai fashion item yang dibeli lebih dari sekali sampai benar-benar tidak dapat dipakai kembali. Jika memang sudah usang dan rusak, kamu bisa melakukan reparasi atau didonasikan untuk di upcycle atau didesain kembali. Dengan begitu, kamu pun bisa menahan diri untuk tidak berbelanja, kecuali jika sangat dibutuhkan.

Nah, jika kamu sering membeli pakaian preloved, ternyata hal itu juga menjadi salah satu cara untuk mendukung circular fashion, lho.
Sekarang kamu sudah tahukan dengan konsep circular fashion. Jika kamu bisa menerapkan ini dalam gaya hidupmu, berarti kamu juga telah berkontribusi dalam merawat bumi ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *